Review Webtoon: Girl’s World

Masa SMA, masa di mana keberadaan teman adalah hal yang paling penting bagi kita. Bagaimana cara menjadi teman yang baik? Apa yang boleh dan tidak? Apa yang orang lain suka dan tidak? Dari webtoon “Girl’s World”, saya belajar dari Oh Nari cara menjadi teman yang baik.

Webtoon ini bercerita tentang Oh Nari dan 3 orang sahabat perempuannya. Im Yoona si cantik dari keluarga kaya, Seo Mirae si gadis blasteran Jerman, dan Im Sunji yang cantik (tapi rada oon :p). Awalnya Nari merasa seperti bebek yang berada di tengah para angsa. Seiring berjalannya cerita, ternyata teman-teman “cantik sempurna”-nya Nari juga memiliki luka masing-masing, dan mereka perlahan sembuh karena persahabatan tulus mereka dengan Nari. Yup, Nari mungkin “biasa saja” kalau dibandingkan dengan teman-temannya, tapi semakin lama kita ikuti ceritanya, kita bisa merasakan inner beauty Nari itu nggak main-main 🙂

Why I Like This Webtoon?

Ceritanya terasa nyata dan relatable. Rasanya seperti kembali lagi ke bangku SMA dan mengenang perasaan yang ada di dalamnya: mencari “geng” yang tepat, bahagia saat diterima oleh teman, dirundung dan difitnah orang lain, bertengkar lalu berbaikan lagi dengan sahabat kita.

Banyak bentuk pertemanan yang dibahas di cerita ini. Mulai dari punya geng yang seru, persahabatan minim dialog ala Mirae & Yoona, hingga yang toxic seperti Yeseul dan Sunji.

Nari yang masih insecure di antara para sahabatnya :))
Walau terlihat sempurna dari luar, para sahabat Nari punya masalahnya masing-masing
Nari, being there at Yoona’s lowest point in their elementary school
Bonding minim dialog ala Mirae dan Yoona
Sunji, letting her toxic friend go

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari sini: cara menjadi teman yang baik, membedakan teman yang toxic dan yang tulus, dan pada satu titik, terkadang kita harus move on dan tidak berteman lagi dengan seseorang.

Nari yang belum paham kelebihan dirinya 🙂
Gotta love yourself first!

Tapi yang paling saya suka, webtoon ini mengajarkan kita untuk lepas dari insecurity kita terhadap kekurangan kita, juga mengajarkan kita untuk mencintai diri kita sendiri 🙂

This webtoon helped me build my confidence through my toughest time dealing with myself. I would recommend you to read it 🙂

5 out of 5 stars.

Bonus: bagian yang bikin nangis, surat dari Yoona ke Nari yang terlambat sampai 3 tahun.

#TantanganMaGaTa #Review

Focus, Get Things Done

So little time, so much to do. Potongan lirik lagu lawas ini memang relevan banget untuk kita. Seringkali kita merasa kepala kita ruwet banget isinya, pusing, mana yang harus dikerjakan lebih dulu? Terus seringkali waktu yang bisa kita pakai untuk mengerjakan to-do list kita ternyata malah kelamaan dipakai overthinking :p Saya pun sering begitu. Nah, tahun ini, saya berusaha untuk lebih fokus untuk mengerjakan hal yang penting bagi saya. Tapi sebelum fokus untuk mengerjakan yang penting, penting untuk memahami apa yang penting 🙂

First Thing First

Memutuskan yang penting. Sumber: https://www.developgoodhabits.com/wp-content/uploads/2017/05/How-to-Make-Decisions-on-What%E2%80%99s-Urgent-and-Important-min.jpg

Saya sering menggunakan matriks ini untuk memilih prioritas. Aplikasinya untuk saya, kira-kira seperti ini:

  1. Urgent & Important : Do – berlaku untuk PJJ dan semua urusan anak, karena amanah suami, ini adalah yang nomer satu. Dan tentu saja urusan ibadah seperti shalat dan tilawah.
  2. Not Urgent & Important : Plan – kalau ini berlaku untuk proyek dan ekskul yang saya ikuti. Misal proyek menulis, desain, dan kepengurusan organisasi. Sekarang memasak naik pangkat dari “delegate” ke “plan” hehe.
  3. Urgent & Not Important : Delegate – yang ini tentu saja semua urusan rumah tangga semacam cuci sapu jemur setrika hehehe. Alhamdulillah diberi rezeki cukup untuk membayar seorang ART.
  4. Not Urgent & Not Important : Eliminate – ngobrol ngalor ngidul nggak penting di WAG, sekrol-sekrol medsos tiada juntrung.. Yah tau sendiri lah, ya :p

Setelah memetakan prioritas kita dengan matriks ini, kita lanjut ke cara eksekusinya, yaitu…

Time Management

Sama-sama punya 24 jam sehari, kenapa shalafush salih zaman dulu bisa bikin ratusan buku, sementara saya udah sebulan naskah masih mentok di BAB 5? Memang ini salah satu cobaan umat zaman now, sih… Oleh karena itu, yuk kita coba merencanakan penggunaan waktu kita dengan sebaik-baiknya. Caranya yaitu:

1 – Make time for important things

Prioritas tertinggi, dikerjakan pertama kali. Biasanya pagi-pagi, setelah subuh, saya berusaha menyempatkan diri untuk zikir pagi, tilawah, sholat duha, dan mengerjakan ujian harian HSI. Kalau sudah mengerjakan 4 itu, plong banget deh rasanya di sisa hari, kayak nggak ada beban. Setelah itu biasanya saya menulis to-do list saya untuk hari ini. Selepas jam 6, mulai deh hari yang gedubrakan karena harus menyiapkan anak sekolah, hehe.

2 – Rencanakan kegiatan kita di antara waktu sholat

Perencanaan seperti ini memudahkan kita untuk sholat di awal waktu. Selain itu, kita juga jadi fokus dengan apa yang kita lakukan karena kita tahu, alokasi waktunya ya memang untuk itu. Misalnya, pagi setelah subuh dan rutinitas pagi saya, saya dedikasikan untuk mengajar anak-anak (baik yang homeschooling maupun PJJ). Tiga puluh menit sebelum adzan zuhur, saya langsung cus ke dapur untuk membuat makan siang. Setelah makan siang, kami pun shalat zuhur.

Nah, selama potongan waktu antara subuh-zuhur itu, saya dilarang kepikiran apapun soal kerjaan atau yang lain-lain. Fokus! Karena waktu ini saya harus hands-on mengurus anak-anak. Prinsipnya, pantang ngerjain urusan sekolah selepas azan zuhur karena itu waktunya bermain bebas 😛

Selepas zuhur, baru deh waktu bebas anak-anak dan saya. Saya sudah beberapa kali ditegur oleh suami untuk sangat berhati-hati dalam bergawai di depan anak-anak. Makanya jam online yang saya tetapkan adalah di rentang waktu ini. Selepas ashar adalah waktunya menambah hafalan surat pendeknya si Kakak dan kegiatan fisik/outdoor. Selepas maghrib waktunya makan malam, dan selepas isya adalah waktunya main-main santai, baca buku, atau review pelajaran (kalo aku lagi rajin, lagi diusahakan haha).

3 – Membuat rencana harian dan pekanan

Kembali lagi ke matriks prioritas yang saya jelaskan di awal, biasanya kegiatan harian isinya adalah yang ada di kuadran 1 (penting – mendesak). Sementara kuadran 2 (penting – tidak mendesak) itu bisa disebar sepanjang minggu, tergantung pengaturan kita aja. Misalnya hari Senin adalah waktunya menulis artikel, Selasa ngurus klien, dan lain-lain. Fleksibel aja. Tapi waktu pengerjaannya tiap hari sama, cuma bisa antara zuhur-ashar atau di atas jam 10 malam sekalian. Dari pembagian ini jadi kelihatan, berapa waktu luang yang kita punya, dan apakah kegiatan ‘ekskul’ kita bisa dikerjakan dengan waktu yang tersedia. Jangan sampai kegiatan ekskul kita malah menzolimi alokasi waktu kita untuk hal-hal yang lebih penting.

4 – Mengawali hari dengan tilawah

Kalau nggak salah, memang ada dalil yang mengatakan tentang keutamaan memulai hari dengan membaca Al-Qur’an. Tapi belum sempet nyari uy. Intinya, selain sarapan untuk fisik, kita juga harus sarapan jiwa, dan Al Qur’an lah kuncinya. Selain itu, entah kenapa, kalau saya skip baca Qur’an di pagi hari, rasanya kayak “dikejar-kejar” sesuatu. Tapi kalau sudah baca, rasanya plong banget menjalani sisa hari.

Removing All Distractions

Ngaku deh, yang paling bikin hilang fokus adalah WAG yang trang tring trung, obrolan gak jelas yang kalo ditanggapin eh tau-tau sejam aja dibahas. Saya sedang berusaha membatasi jam online. Jadi, di status WA Saya tulis jam online saya adalah jam sekian. Saya pun nggak ngerasa bersalah kalo nggak fast response. Karena saya juga punya kerjaan di dunia nyata dan Saya bukanlah admin olshop 😀

Lagipula, zaman SD dulu kita cuma punya telepon rumah, dan orang-orang menelepon ke rumah memang cuma jika ada yang penting saja. Sekarang mentang-mentang semua bisa online dan cepat, yang receh aja langsung diunggah ke sosmed atau dibahas di grup Whatsapp.

Beberapa grup Whatsapp cukup penting untuk sosialisasi (misalnya grup alumni) dan memang harus ada (grup kepengurusan ekskul untuk koordinasi atau kelas online). Tapi itu juga nggak semuanya harus dilihat. Khusus grup yang isinya mulai nyampah (gosip, ngomongin hal khilafiyah, menyudutkan golongan tertentu, apalagi mulai menjelek-jelekkan agama atau post berbau pornografi), bhaaay gudbhaaay… Izin left grup ya, Kak.

PErihal obrolan di grup Whatsapp ini, seringkali cara terbaik untuk menyikapinya adalah dengan pemikiran “menarik, tapi nggak tertarik”. Saya menghindari kegiatan “meramaikan grup setiap hari”, karenaaaa… DUDE, I SHOULD NOT ALWAYS BE ON MY PHONE. Jadi kalau ada yang bilang “Kok WAG sepi, ya?” Ya biarin aja, Bambaaankkkk… Orang juga punya kehidupan di dunia nyata, kali. Daripada tergoda, beberapa kali saya meletakkan HP saya di kamar saat jam belajarnya anak-anak. Jalan-jalan sore juga nggak bawa HP, paling tinggal kasih tau aja ke suami, kalau jam sekian belum pulang tolong dicari :p (ada beberapa kejadian anak saya jatuh dari sepeda, luka, dan nggak bisa pulang naik sepedanya sehingga saya terpaksa minta dijemput pakai mobil hahaha…)

Begitu pula dengan medsos. Sebenarnya saya merasa banyakan mudharat daripada manfaatnya, ya, terutama Twitter (sungguh refleksi sisi tergelap isi hati manusia, hahaha). Tapi tidak dipungkiri, terkadang kita perlu buka juga kalau kita mau tahu kabar terbaru dari teman-teman kita.

Prinsip saya dalam bermedsos adalah wajib bermanfaat dan/atau membahagiakan. Kalau nggak bikin saya merasa dua-duanya, ya tinggal mute, unfollow, atau quit. Jadi nggak ada lagi tuh ya cerita misuh-misuh gara-gara postingan medsos orang (baik yang kita kenal maupun nggak) yang bikin emosi. Kalo perlu block aja sekalian, hahaha…

Teknik Pomodoro

Sudah mengalokasikan waktu, kondisi sudah kondusif buat kerja, tapi kok rasanya MAGER? Kadang-kadang saya suka merasa jiper duluan dengan kerjaan yang bertumpuk di depan mata, ujung-ujungnya waktu saya jadi habis buat meratapi banyaknya kerjaan, deh. Haha. Nah, untuk kasus orang-orang jiper kayak saya ini, ada teknik menarik yang patut dicoba supaya kita bisa lebih fokus bekerja, namanya Teknik Pomodoro.

SUmber: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/files/images/2020/08/What-is-Pomodoro-Technique-and-How-to-Utilize-it-to-Maximize-Productivity_-520×273.jpg

Yup, seperti yang tertulis di gambar, kita bisa memecah waktu kerja kita menjadi per 25 menit saja. Sedikit-sedikit, tapi lama-lama menjadi bukit. Bekerja selama 25 menit tidak terdengar begitu mengerikan, dibanding bekerja selama 3 jam langsung. Setelah 25 menit, kita boleh mengambil rehat 5 menit, untuk kemudian kita ulangi siklus ini sampai 4 kali. Setelah siklus keempat, kita bisa beristirahat selama 15 menit.

Sumber: http://www.djkn.kemenkeu.go.id/files/images/2020/08/1_y1IS6A8SkV45YL8ERRPSYQ.jpeg

Dengan membagi fokus kita ke rentang waktu yang lebih singkat, tanpa terasa, pekerjaan kita sudah selesai, deh 🙂

Jangan Lupa…

Semua yang saya tuliskan di sini hanyalah rangkaian sebab-sebab kita bisa fokus dalam bekerja dan menjadikan waktu kita semakin berkah. Pada akhirnya, kemudahan itu datangnya dari Allah, maka jangan lupa berdoa dan meminta kepada-Nya agar kita diberi taufik dan hidayah untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat 😉

Sudah siap untuk fokus dan menyelsaikan pekerjaan kita hari ini?